Inilah gambar gunung yang menjadi kebanggan wong Manggung. Kedua gunung yang sudah tidak aktif lagi ini telah menghidupi sebagaian besar warga temanggung karena telah merelakan tubuhnya dipaculi oleh petani seperti lik bawon, pak dhe petruk dan kawan-kawan selama ratusan tahun untuk di tanami tembakau.
Sebagai komoditi utama, tanaman tembakau sangat cocok di tanam di lereng kedua gunung tersebut. Dengan ketinggiannya yang 3153 mdpl (Sindoro) dan 3.371 m dpl (Sumbing), mempunyai tanah yang subur dan relatif lembab. Kondisi tanah seperti itu juga sangat cocok untuk tanaman sayur, seperti kol, cabai, tomat, brokoli, terong, dll.
Komoditi sayur ini sekarang juga mulai bayak di minati oleh para petani di lereng kedua gunung ini.
Kedua gunung ini juga menjadi semacam ajang pelatihan bagi para pendaki dan pecinta alam lokal, mengingat faktor jarak yang dekat dan ketinggian yang cukup signifikan. Bahkan ada semacam ritual tahunan bagi para pendaki dan warga setempat untuk beramai-ramai mendaki puncak Sindoro setiap malam 1 suro (muharam) dan setiap malam 21 puasa (Ramahan) di puncak Sumbing. Pada waktu-waktu tersebut para pendaki dadakan yaitu warga sekitar dan pendaki (beneran) bercampur baur di puncak gunung. Jumlahnya mencapai ribuan orang. Saking banyaknya, dulu (sekarang masih ada atau tidak ya?) bahkan sampai penjual bakso rela memikul barang dagangannya ke puncak gunung. Elok.., kita Saja ngos-ngosan bawa ransel ke puncak. Gimana rasanya mikul baso ke puncak sindoro?
Jalur pendakian gunung Sumbing biasanya para pendaki bisa melalui Kledung (letaknya tepat di antara gunung sumbing dan Sindoro, semacam puncak pass-nya Wonosobo Temanggung), desa Cepit dan dari Magelang. Semenatara untuk jalur pendakian Sindoro, para pendaki bisa melalui Kledung atau melalui Jumprit.
Sebagai komoditi utama, tanaman tembakau sangat cocok di tanam di lereng kedua gunung tersebut. Dengan ketinggiannya yang 3153 mdpl (Sindoro) dan 3.371 m dpl (Sumbing), mempunyai tanah yang subur dan relatif lembab. Kondisi tanah seperti itu juga sangat cocok untuk tanaman sayur, seperti kol, cabai, tomat, brokoli, terong, dll.
Komoditi sayur ini sekarang juga mulai bayak di minati oleh para petani di lereng kedua gunung ini.
Kedua gunung ini juga menjadi semacam ajang pelatihan bagi para pendaki dan pecinta alam lokal, mengingat faktor jarak yang dekat dan ketinggian yang cukup signifikan. Bahkan ada semacam ritual tahunan bagi para pendaki dan warga setempat untuk beramai-ramai mendaki puncak Sindoro setiap malam 1 suro (muharam) dan setiap malam 21 puasa (Ramahan) di puncak Sumbing. Pada waktu-waktu tersebut para pendaki dadakan yaitu warga sekitar dan pendaki (beneran) bercampur baur di puncak gunung. Jumlahnya mencapai ribuan orang. Saking banyaknya, dulu (sekarang masih ada atau tidak ya?) bahkan sampai penjual bakso rela memikul barang dagangannya ke puncak gunung. Elok.., kita Saja ngos-ngosan bawa ransel ke puncak. Gimana rasanya mikul baso ke puncak sindoro?
Jalur pendakian gunung Sumbing biasanya para pendaki bisa melalui Kledung (letaknya tepat di antara gunung sumbing dan Sindoro, semacam puncak pass-nya Wonosobo Temanggung), desa Cepit dan dari Magelang. Semenatara untuk jalur pendakian Sindoro, para pendaki bisa melalui Kledung atau melalui Jumprit.
0 komentar:
Posting Komentar